Jumat, 21 September 2018

Aku, Empat Bulan Lalu

11.22 0 Comments



Aku kembali mengawali tulisanku dengan langit sebagai kata kunci. Bagiku, langit memberi energi dengan warnanya yang penuh gradasi dan gemintangnya yang sorak sorai penuh simfoni. Kali ini, langit masih hitam sebab langit yang menghitam adalah wadah milyaran kata menunggu masa tuk diretas. Pitam andromeda nampaknya semerbak hilir dengan aroma jangkrik di sekeliling pematang. Krik. Krik. Begitulah. Tak ada suara hantaman, hanya beberapa napas panjang yang mendesah berkejaran dengan masa

Ketika Aku Bercumbu dengan Diriku

10.28 0 Comments


                                              

Seperti warna langit yang tetap kelam ketika malam, gemintang mulai bersinar tak ber aba. Tanpa sadar, detik menyeret detak sampai di seperdelapan malam ketika detik sedang berlomba dengan jarum pendek di antara angka satu dan dua.Tak ada tanda pita suara bergaung diudara dengan sengaja. Hanya saja, seolah diseret detik, malam ini hanya menyisakan suara detak dan jangkrik.  Sesekali atau mungkin setiap beberapa detik, paru-paru menunjukkan tanda respirasinya. Ya, suara desah nafas yang menghela turut memeriahkan sinfoni malam ini.