Aku kembali mengawali tulisanku dengan langit sebagai kata kunci. Bagiku, langit memberi energi dengan warnanya yang penuh gradasi dan gemintangnya yang sorak sorai penuh simfoni. Kali ini, langit masih hitam sebab langit yang menghitam adalah wadah milyaran kata menunggu masa tuk diretas. Pitam andromeda nampaknya semerbak hilir dengan aroma jangkrik di sekeliling pematang. Krik. Krik. Begitulah. Tak ada suara hantaman, hanya beberapa napas panjang yang mendesah berkejaran dengan masa.
Jumat, 21 September 2018
Aku kembali mengawali tulisanku dengan langit sebagai kata kunci. Bagiku, langit memberi energi dengan warnanya yang penuh gradasi dan gemintangnya yang sorak sorai penuh simfoni. Kali ini, langit masih hitam sebab langit yang menghitam adalah wadah milyaran kata menunggu masa tuk diretas. Pitam andromeda nampaknya semerbak hilir dengan aroma jangkrik di sekeliling pematang. Krik. Krik. Begitulah. Tak ada suara hantaman, hanya beberapa napas panjang yang mendesah berkejaran dengan masa.
Seperti warna langit yang tetap kelam
ketika malam, gemintang mulai bersinar tak ber aba. Tanpa sadar,
detik menyeret detak sampai di seperdelapan malam ketika detik sedang berlomba
dengan jarum pendek di antara angka satu dan dua.Tak ada tanda pita suara
bergaung diudara dengan sengaja. Hanya saja, seolah diseret detik, malam ini
hanya menyisakan suara detak dan jangkrik.
Sesekali atau mungkin setiap beberapa detik, paru-paru menunjukkan tanda
respirasinya. Ya, suara desah nafas yang menghela turut memeriahkan sinfoni
malam ini.